Minggu, 21 Juni 2015

Branding Name (1)

Hello Teman-teman ...
Ada beberapa anak yang sedang belajar menulis cerpen di PAY Khoirun Nisa'. Satu di antaranya bernama Anggi Marlinda asal Banjarnegara. Dia menulis tentang usaha seorang bernama Ayesa yang mendaur ulang plastik menjadi tas-tas cantik. 

Kita dukung mereka ya ...
Yuk dibaca. Tapi, maaf. Saya postingnya dua kali. Sekarang posting yang pertama dulu. Terima kasih
...


Branding Name
Anggi Marlinda—PAY Khoirun Nisa’—Kelas 9

Beringinjaya, 2013
Ruang Rohis-OSIS
“Maaf kak, Gimana kalau kita buat kerajinan tangan ?” usul Ayesa pada Alan ketua Rohis MA AL-IRSYAD.
“Kerajinan? Kerajinan apa ?” tanya  Alan dingin. Wajahnya tampak lelah. Berbagai kegiatan dilakukan tapi belum ada yang berhasil. Para anggota Rohis hanya melakukan setengah-setengah, tak ada yang benar-benar serius.
“Percuma kalau nggak berhasil. Paling cuman ngabis-abisin biaya,” tambah Risa—wakil ketua—sama  dinginnya.
“Kerajinan yang ini beda kok, Kak. Kita hanya mendaur ulang sampah aja, ” harap Ayesa meyakinkan.
“Sampah ? ” tanya Alan mulai tertarik. “Mau dibuat apa? Aku sih setuju-setuju aja asal nggak terlalu banyak modal. Percuma kalau cuman buang-buang waktu dan tenaga,” tambah Alan. ada sedikit harapan dihati Ayesa. Dari mata Alan ia tahu bahwa kerua Rohis itu percaya padanya.
            “Banyak sampah plastik; bungkus sabun, minuman ringan, makanan ringan, dan seabrek jenis lainya. Paling-paling dibuang atau dibakar sebagai sampah. Seharusnya kita tahu, kalau sampah itu bisa jadi produk mahal!” jelas Ayesa sambil mengerak-gerakakn tangannya. Dia memutar-mutar pulpen di tangan kanannya.
“Terus” potong Alan dan Risa berbarengan.
“Mau dibuat apa ?” tanya Risa penasaran.
“Kita buat tas cantik dari plastik-plastik itu. Ini tuh enggak ngabis-ngabisin biaya. Kita cuman modal dikit buat bikin tas cantik ini. Llebih enaknya lagi, kita bisa jual hasilnya, kita buat semenarik mungkin dan tentunya kita harus satuin kekreatifitasan kita biar tambah oke,” jelas Ayesa . Senyumnya mengembang.
“Tapi ... kamu tahu caranya kan?” tanya Alan mengerutkan jidat—meyakinkan Ayesa ---berharap Ayesa tidak setengah-setengah melakukan kegiatan baru yang unik ini.
Ayesa mengacungkan jempolnya, “Pasti dooong.”
***
“Gimana kalau kita kerjasama, trus hasilnya kita bagi dua, kita bikin brand gitu,” usul Risa suatu ketika—saat  menata tas-tas plastik yang hendak dijual.
“ Bo-oleh. ”
“Kita namain brand kita AYERIS CRAFT, gimana?” tanya Risa sambil menatap Ayesa.
“Bagus. Nama yang cantik.”
***
“Gimana kak? Mau nggak? Gampang kok, asal kita nggak berlokasi yang deket sama lokasinya Ayesa,” tawar Risa pada Alan.
“Boleh juga sih,aku setuju, apalagi Ayesa dah untung banyak,pasti nggak bakal tahu kalau kita ngakalin brandnya.”
Senyum Alan mengembang,menatap Risa dengan tatapan penuh ambisi
***
“Ris,kalau dipikir-pikir,kok pelanggan kita makin dikit ya?” ucap Ayesa bingung. Dia menatap tas-tas dengan brand AYYERIS CRAFT  yang mulai sepi dari pengunjung. Gimana nggak sepi kalau ada yang lebih menarik. Risa tersenyum tanpa menghiraukan Ayesa.
“Masa sih? Perasaanmu aja kali,” jawab Risa cuek.
Ayesa menjelaskan jumlah barang yang terjual banyak, tapi uangnya kok sedikit. Dia juga berusaha mengingat-ingat kalau ada yang lupa. Tidak berhasil.
Risa tersenyum sinis. Dia mengubah haluan pembicaraan.
“Aku mau ikut papa ke batam untuk beberapa hari. Izin dulu, ya?”
“Oke.”
Bersambung ke sini
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar