Kali ini saya akan posting satu cerpen hasil lomba JRB (JEC Ramadhan Berbagi) yang pernah dibahas sebelumnya. Cerpen ini mendapatkan reward : Rp. 500.000
Manusia Kaleng Kerupuk
Istiqomah—PAY Khoirun
Nisa—Kelas 9
‘’Dasar kamu anak cacat! Tidak tahu malu.”
Seketika sorak anak-anak pun semakin
heboh. Mawar mencaci maki melati yang tertegun di depannya. Anak yang diolok-olok
itu ingin membela diri, tetapi mulutnya kelu. Ada butiran bening jatuh
di pipi melati. Dengan hati sedih, gadis
yang tidak punya tangan kanan itu pergi.
***
Gadis berkulit putih duduk termangu di bawah pohon ketapang. Matanya menerawang jauh akan nasib yang menimpa dirinya. Bagaimana cara membantu ibu,
mencari uang dengan kondisi fisik begini? Ia tidak tega melihat ibunya mencari uang untuk
dirinya dan dua adiknya. Sedangkan
ia sudah tidak memiliki ayah maupun kerabat lain yang dia kenal.
‘’Hayo ... lagi mikirin apa,
Melati? Kok aku lihat kamu melamun terus sih dari tadi?’’
tanya Jasmine
yang spontan mengejutkan Melati.
“Ti ... tidak. A-a-ku Cuma lagi bingung ...,” jawab Melati terbata.
“Bingung kenapa? Kita kan sahabat, sudah
seharusnya kita tolong-menolong. Jadi setiap ada masalah seharusnya kita
selesaikan bersama.”
Melati menatap
Jasmine.
‘’Aku ingin membantu ibuku mencari uang. Tapi,
di zaman seperti ini susah banget mencari kerja. Menurutmu gimana, Jas?’’
tanya Melati.
Tiba-tiba ada
jawaban dari belakang mereka.
‘’Gimana mau bantuin
ibu? Tangan kamu yang satu aja cacat. Udah deh enggak
usah mimpi terlalu tinggi. Nanti jatuh, sakit loh!’’
ujar Mawar dengan nada mengejek.
Melati lebih memilih diam.
‘’Diam
kamu! Tidak usah banyak bicara. Bilang aja kamu tidak suka sama Melati,’’
sahut Jasmine
berapi-api sambil membela
Melati.
“Sebaiknya kita
pergi, Jasmine,” usul Melati.
Bukan hanya hari
itu saja Melati diperlakukan kasar oleh Mawar. Berkali-kali—Sangat sering!
***
Angin bertiup
kencang. Kerudung Melati berkibar
hingga menutupi sebagian mukanya. Karena matahari mulai terbenam, Melati
pun pulang. Ibunya khawatir jika anak gadisnya pulang terlalu malam.
Setelah
salat Maghrib
mereka menyantap makan bersama dengan singkong rebus. Rumah itu terlihat kumuh. Dipan yang diduduki ibu dan anak itu pun lapuk. Jam di dinding bambu sudah terlihat usang.
Jam setengah delapan. Itu artinya Melati
harus belajar, dia pun masuk ke kamar yang penuh dengan buku-buku. Sebagian besar buku-buku
itu sudah rusak
sampulnya. Ia melihatnya, dan
pikirannya kembali berputar, bagaimana dapat melakukan sesuatu membantu ibu? Entah apa. Belum ada ide.
***
Melati dan Jasmine pun pergi ke ruang IPM—Ikatan Pemuda/Pemudi Muhammadiyah. Sudah satu tahun
mereka gabung di organisasi ini. Mereka mencari ide;
membuat karya positif yang cemerlang. Melati ingin membantu ibunya mencari
pundi-pundi rupiah, di samping itu dia juga ingin belajar. Lalu ... ingin lingkungan di sekitar rumahnya terbebas
dari sampah. Antara satu pikiran
dengan pikiran lain dikait-kaitkan. Belum juga dapat ide.
Sekitar satu jam mereka di ruang IPM.
“Laper nih. Ke warung,
yuk?” ajak Jasmine.
Mereka memilih menu makan gudeg. Di saat
sedang mengisi perutnya, Melati melihat
sebuah kaleng kerupuk yang tidak terpakai. Sepertinya bisa
dimanfaatkan. Dia pun tersenyum.
Usai makan, Melati membawa kaleng kerupuk itu ke ruang IPM. Jasmine
merasa heran dengan yang dilakukan Melati, untuk apa dia membawa kaleng kerupuk? Walaupun menggunakan tangan kirinya tapi, Melati lincah mengutak-atik. Lihat! Dia bisa menyulap kaleng kerupuk itu.
Jasmine terbengong melihat temannya, juga sulapan kaleng di
dekatnya.
“Ini vas yang indah!” seru Jasmine.
Bekas kaleng kerupuk memang jarang digunakan
untuk kerajinan tapi, Melati dapat menyulapnya menjadi benda yang lebih
bermanfaat. Kaleng bekas dapat dimanfaatkan menjadi gayung, celengan, vas
bunga dan yang lebih terkini adalah dibuat robot dan beberapa benda
lainnya.
Setelah sekian lama dia berdo’a dan berusaha akhirnya hasil karyanya pun laku
terjual. Melati menjualnya ke beberapa daerah, diantaranya : Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan beberapa pulau lain. Bahkan telah di ekspor ke negeri tetangga seperti
Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Banyak pihak yang mendukungnya walau di
sisi lain juga banyak yang mem-buli-nya. Tapi, Melati
tak pernah berputus asa, dia tetap
semangat dan berjuang terus untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
Melati ingin membahagiakan ibunya di
masa tua.
Melati sekarang sudah berubah menjadi
anak yang sukses—dapat mengangkat derajat ibunya dan dapat
menyekolahkan dua adiknya Rara dan Rani.
Ketika melati sedang makan di restauran, tiba-tiba handphone-nya berdering.
‘’Aku sedang
makan bareng keluarga. Ada apa tho kamu nelfon aku? Tidak
biasanya,” ucap Melati seraya berhenti mengunyah gudeg. Dia seperti
menajamkan pendengaran.
‘’Astagfirullohhaladzim,
kok bisa, Jas?’’ tanya Melati
penasaran.
Melati buru-buru
mematikan handphone-nya. Dia meminta izin pada ibu dan kedua adiknya.
“Mau ke mana, Kak?”
“Ke Rumah Sakit
Sarjito.”
Melati dan Jasmine pun bertemu di Rumah sakit RS sarjito. Mereka akan menjenguk Mawar.
Keadaannya sangat kritis karena kekurangan darah. Melati tidak tega melihatnya walau Mawar dulu sering mem-buli-nya.
“Kebetulan golongan
darahku juga AB,” jawab Melati saat keluarga Mawar mencari orang yang mau
dimintai tolong.
“Apa kamu bersedia
mendonorkan darahmu?”
Melati mengangguk.
***
“Huh! Dasar anak
cacat. Sekarang kaya dan mulai belagu!”
Melati menunduk.
Jasmine hampir saja melabrak Mawar. Dua pipi Jasmine memerah menahan marah.
Melati memegang tangan kanan Jasmine dengan tangan kirinya.
“Dia harus tahu yang
sebenarnya, Melati.”
Jasmine bersungut.
Melati menggeleng.
“Tidak perlu. Aku
ikhlas.”
Jasmine terbengong.
Bagi Melati,
menolong seseorang tidak perlu diumumkan. Sekarang yang penting dia yakin bahwa
Keterbatasan tidak akan mengurangi
kekreatifan seseorang dalam manjalani
hidup. Selama kita mau berusaha ... pasti ada jalan.
“Dasar! Manusia
kaleng kerupuk!”
“Mawaaar!”
Melati mendekap
Jasmine. Dia mencegah sahabatnya agar tidak emosi. Suatu saat, Mawar pasti
berubah. Entah kapan. Sekian.
YK_19-06-2015
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus