Jumat, 03 Juli 2015

Cerpen Juara 1



Kali ini saya akan posting satu cerpen hasil lomba JRB (JEC Ramadhan Berbagi) yang pernah dibahas sebelumnya. Cerpen ini mendapatkan reward : Rp. 500.000

Manusia Kaleng Kerupuk
Istiqomah—PAY Khoirun Nisa—Kelas 9

 ‘’Dasar kamu anak cacat! Tidak tahu malu.”
Seketika sorak anak-anak pun semakin heboh. Mawar mencaci maki melati yang tertegun di depannya. Anak yang diolok-olok itu ingin membela diri, tetapi mulutnya kelu. Ada butiran bening jatuh di pipi melati. Dengan hati sedih, gadis yang tidak punya tangan kanan itu pergi.
***
Gadis berkulit putih duduk termangu di bawah pohon ketapang. Matanya menerawang  jauh akan nasib yang menimpa dirinya. Bagaimana cara  membantu ibu, mencari uang dengan kondisi fisik begini? Ia tidak tega melihat ibunya mencari uang untuk dirinya dan dua adiknya. Sedangkan ia sudah tidak memiliki ayah maupun kerabat lain yang dia kenal.
‘’Hayo ... lagi mikirin apa, Melati? Kok aku lihat kamu melamun terus sih dari tadi?’’ tanya Jasmine yang spontan mengejutkan Melati.
            “Ti ... tidak. A-a-ku Cuma lagi bingung ...,” jawab Melati terbata.
“Bingung kenapa? Kita kan sahabat, sudah seharusnya kita tolong-menolong. Jadi setiap ada masalah seharusnya kita selesaikan bersama.”
Melati menatap Jasmine.
‘’Aku ingin membantu ibuku mencari uang. Tapi, di zaman seperti ini susah banget mencari kerja. Menurutmu gimana, Jas?’’ tanya Melati.
Tiba-tiba ada jawaban dari belakang mereka.
 ‘’Gimana mau bantuin ibu? Tangan kamu yang satu aja cacat. Udah deh enggak usah mimpi terlalu tinggi. Nanti jatuh, sakit loh!’’ ujar Mawar dengan nada mengejek.
Melati lebih memilih diam.
‘’Diam kamu! Tidak usah banyak bicara. Bilang aja kamu tidak suka sama Melati,’’ sahut Jasmine berapi-api sambil membela Melati.
“Sebaiknya kita pergi, Jasmine,” usul Melati.
Bukan hanya hari itu saja Melati diperlakukan kasar oleh Mawar. Berkali-kali—Sangat sering!
***                                                                                                                                                                       
Angin bertiup kencang. Kerudung Melati berkibar hingga menutupi sebagian mukanya.  Karena matahari mulai terbenam, Melati pun pulang. Ibunya khawatir jika anak gadisnya pulang terlalu  malam.
            Setelah salat Maghrib mereka menyantap makan bersama dengan singkong rebus. Rumah itu terlihat kumuh. Dipan yang diduduki ibu dan anak itu pun lapuk. Jam di dinding bambu sudah terlihat usang.
Jam setengah delapan. Itu artinya Melati harus belajar, dia pun masuk ke kamar yang penuh dengan buku-buku. Sebagian besar buku-buku itu sudah rusak sampulnya. Ia melihatnya, dan pikirannya kembali berputar, bagaimana dapat melakukan sesuatu membantu ibu? Entah apa. Belum ada ide.   
***
Melati dan Jasmine pun pergi ke ruang  IPM—Ikatan Pemuda/Pemudi Muhammadiyah. Sudah satu tahun mereka gabung di organisasi ini. Mereka mencari ide; membuat karya positif yang cemerlang. Melati ingin membantu ibunya mencari pundi-pundi rupiah, di samping itu dia juga ingin belajar. Lalu ... ingin lingkungan di sekitar rumahnya terbebas dari sampah. Antara satu pikiran dengan pikiran lain dikait-kaitkan. Belum juga dapat ide.
Sekitar satu jam mereka di ruang IPM.
“Laper nih. Ke warung, yuk?” ajak Jasmine.
Mereka memilih menu makan gudeg. Di saat sedang mengisi perutnya, Melati melihat sebuah kaleng kerupuk yang tidak terpakai. Sepertinya bisa dimanfaatkan. Dia pun tersenyum.
Usai makan, Melati membawa kaleng kerupuk itu ke  ruang IPM. Jasmine merasa heran dengan yang dilakukan Melati, untuk apa dia membawa kaleng kerupuk? Walaupun menggunakan  tangan kirinya tapi, Melati  lincah mengutak-atik. Lihat! Dia bisa menyulap kaleng kerupuk itu.
Jasmine terbengong melihat temannya, juga sulapan kaleng di dekatnya.
            “Ini vas yang indah!” seru Jasmine.
Bekas kaleng kerupuk memang jarang digunakan untuk kerajinan tapi,  Melati dapat menyulapnya menjadi benda yang lebih bermanfaat. Kaleng bekas dapat dimanfaatkan menjadi gayung, celengan, vas bunga dan yang lebih terkini adalah dibuat robot dan beberapa benda lainnya.  
Setelah sekian lama dia berdoa dan berusaha akhirnya hasil karyanya pun laku terjual. Melati menjualnya ke beberapa daerah, diantaranya : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan beberapa pulau lain. Bahkan telah   di ekspor ke negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Banyak pihak yang mendukungnya walau di sisi lain juga banyak yang mem-buli-nya. Tapi, Melati tak pernah berputus asa, dia tetap semangat dan berjuang terus untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
Melati ingin membahagiakan ibunya di masa tua.
Melati sekarang sudah berubah menjadi anak yang suksesdapat mengangkat derajat ibunya dan dapat menyekolahkan dua adiknya Rara dan Rani.
Ketika melati sedang makan di restauran, tiba-tiba handphone-nya  berdering.
 ‘’Aku sedang  makan bareng keluarga. Ada apa tho kamu nelfon aku? Tidak biasanya, ucap Melati seraya berhenti mengunyah gudeg. Dia seperti menajamkan pendengaran.
‘’Astagfirullohhaladzim, kok bisa, Jas?’’ tanya Melati penasaran.
Melati buru-buru mematikan handphone-nya. Dia meminta izin pada ibu dan kedua adiknya.
“Mau ke mana, Kak?”
“Ke Rumah Sakit Sarjito.”
Melati dan Jasmine pun bertemu di Rumah sakit RS sarjito. Mereka akan menjenguk Mawar. Keadaannya sangat kritis karena kekurangan darah. Melati tidak tega melihatnya walau Mawar dulu sering mem-buli-nya.
“Kebetulan golongan darahku juga AB,” jawab Melati saat keluarga Mawar mencari orang yang mau dimintai tolong.
“Apa kamu bersedia mendonorkan darahmu?”
Melati mengangguk.
***
“Huh! Dasar anak cacat. Sekarang kaya dan mulai belagu!”
Melati menunduk. Jasmine hampir saja melabrak Mawar. Dua pipi Jasmine memerah menahan marah. Melati memegang tangan kanan Jasmine dengan tangan kirinya.
“Dia harus tahu yang sebenarnya, Melati.”
Jasmine bersungut. Melati menggeleng.
“Tidak perlu. Aku ikhlas.”
Jasmine terbengong.
Bagi Melati, menolong seseorang tidak perlu diumumkan. Sekarang yang penting dia yakin bahwa Keterbatasan tidak akan mengurangi kekreatifan seseorang dalam manjalani hidup. Selama kita mau berusaha ... pasti ada jalan.
“Dasar! Manusia kaleng kerupuk!”
“Mawaaar!”
Melati mendekap Jasmine. Dia mencegah sahabatnya agar tidak emosi. Suatu saat, Mawar pasti berubah. Entah kapan. Sekian.
 YK_19-06-2015
                                                                                                                        

1 komentar: