Minggu, 02 Agustus 2015
Jumat, 31 Juli 2015
Minggu, 12 Juli 2015
Proyek Baru
ilustrasi; doc km |
Eh, saat ini saya dan dua anak panti sedang mengerjakan proyek baru lho ...
Apa dan bagaimana hasilnya, In Sya Allah dituliskan di blog ini.
Untuk saat ini, mohon doanya saja dulu, semoga selesai sesuai deadline. Wah, tanggal 25 Juli 2015 harus sudah selesai. Penasaran? Oops. Lama-lama jadi mirip info secret, ya ...
Dalam proyek ini ada tiga nama yang terlibat dari panti asuhan :
1. Kayla Mubara (nama pena saya)
2. Anis Rinanda (mau kelas X)
3. Ryvake Sinindia (mau kelas XI)
Proyek baru berjalan 20%
Semoga bisa menyelesaikan 80 % nya dengan segera.
Senin, 06 Juli 2015
Minggu, 05 Juli 2015
Panti Asuhan di Yogyakarta
- P.A Sabilul Huda. Alamat: Sukunan, Jl. Kaliurang km. 17 Pakem Sleman. (0274) 895475. Pimpinan Prawoto Agung Wiryawan, jumlah anak asuh 100 anak putra dan putri.
- P.A Al Hakiem. Alamat: Padasan, Pakembinangun, Pakem. (0274) 898222. Pimpinan Drs. H. Sigit Warsito. M.A. Jumlah anak asuh 90 santri putra dan putri.
Buka Bersama (3)
![]() Dokumen pengasuh | ||
Cerpen Juara 2
Kemarin saya sudah posting cerpen yang juara di JRB (JEC Ramadhan Berbagi). Ini dia cerpen juara keduanya. Selamat membaca ...
Agen Perubahan Desa
Anis Rinanda—PAY Khoirun Nisa’-Berbah,
Sleman—Kelas 9
“Sekali lagi saya menghimbau kepada
kalian semua agar bisa menjadi agen perubahan untuk desa kita. Sekian saya
tutup acara pada siang hari ini. Wassalamu’alaikum.”
Kak Langen—ketua Karang Taruna desa Parakan
begitu semangat menutup pertemuan rutin bersama anggotanya. Sementara itu,
Anifah dan teman-temannya bergegas keluar Balai, seakan sudah tak tahan lagi
dengan hawa gerah di ruangan itu. Pancaran terik matahari memang berada tepat
di atas kepala.
“Ayo, Fah! Udah panas banget nih.”
Anifah mengajak Kafah yang sedang asyik
membuka–buka buku catatannya.
“Iya, iya ... cerewet amat sih kamu. Ini
juga mau ditaruh tas. Kenapa gak minta mamamu aja buat njemput? Aku dah gak
tahan, panas banget nih,” tegas Kafah.
Mereka
berdua terus berjalan, matahari begitu
menyengat. Sepo-sepoi angin berembus menyejukkan. Hingga sampailah di perempatan—perbatasan
dengan desa sebelah.
Seorang pedagan es dawet di bawah pohon
Ketapang seolah menjadi surga bagi mereka yang tengah melintas. Sembari
menunggu jemputan, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk memesan es dan duduk
di sana.
Kedua remaja kelas tiga SMP di
Banjarnegara itu tampak begitu menikmati minuman khas daerahnya. Rasa dingin
bercampur manis begitu memanjakan lidah dan kerongkongan mereka. Pohon di atas
mereka pun benar-benar membuat mereka betah berlama-lama di sana.
Anifah melihat tumpukan sampah yang sangat
berbau busuk di selokan air—di pinggir
jalan, hal itu membuat dirinya kehilangan selera untuk melanjutkan minum. Sementara
Kafah asyik bermain dengan ponselnya, hingga tak menyadari hal tersebut.
Desa kelahirannya yang dulu begitu
bersih, hijau , dan asri kini perlahan mulai kehilangan itu semua. Suara
klakson sepeda motor ibunya segera menyadarkan Anifah dari lamunan. “
Ayo Fah ibumu sudah datang, jangan
melamun terus” ajak Kafah kepadanya. Mereka berdua pun meninggalkan tempat itu
dan segera pulang.
***
Keesokan harinya, seperti biasa, Anifah
dan Kafah ke sekolah berjalan kaki. Suasana pagi begitu sejuk karena hujan yang
mengguyur desa malam tadi. Ia beruntung bisa menghirup udara pedesaan seperti
ini. Di tengah-tengah perjalanannya tiba-tiba Kafah terpeleset sampah yang
berserakan di jalan. Kaki Kafah terkilir, hingga ia harus kembali ke rumahnya.
***
Bel tanda pelajaran berakhir pun
berbunyi. Semua murid beranjak dari kelasnya pulang ke rumah masing-masing,
begitupun Anifah. Pikirannya kini tertuju pada Kafah, sahabat yang biasa
menemani ia selama perjalanan pulang. Namun kini ia sendiri, geram rasanya bila
mengingat kejadian itu. Karena ulah orang yang tak bertanggung jawab, hingga
sampah yang mereka buang mencelakakan sahabat karibnya.
Langkah kaki Anifah begitu cepat,
teriknya matahari membuatnya ingin sampai di rumah. Ketika melintas di kampung
sebelah ia mendapati seorang ibu rumah tangga yang tanpa ragu sedang membuang
sampah ke selokan pingggir jalan. Melihat hal tersebut terpikirkan olehnya
bahwa sampah itulah yang akhirnya mampir ke jalan-jalan di desanya.
Tanpa pikir panjang dia langsung
mendekati ibu tersebut.
“Maaf, Bu. Bukannya saya lancang, tapi
saya mohon ibu jangan membuang sampah di sini. Sampah yang ibu buang ini kalau
terbawa air nantinya ke kampung saya yang kena dampaknya”.
Anifah menegur dengan halus.
“Ko kie sapa? Esih cilik wis
ngatur-ngatur wong tuwa.[2] Terserah saya mau buang sampah dimana,
ini bukan urusanmu.” jawab sang ibu dengan ketus.
Anifah pun tak kalah membela diri, “Tapi,
Bu, kebersihan lingkungan ini tanggungjawab bersama, ini juga demi kebaikan
kita juga. Sudah sepantasnya kita saling mengingatkan.”
Sang ibu masuk ke dalam rumah tanpa
menghiraukan perkataan Anifah.
Hati anifah begitu sedih dengan ucapan ibu
tadi. Niat baiknya di tampar begitu saja. Ingin rasanya ia menyadarkan
orang-orang semacam itu. Gadis berjilbab nan cantik itu segera melanjutkan perjalanannya,
dalam langkahnya ia bertekad, Aku harus
bertindak, aku harus bisa mengembalikan desa ini seperti dulu, gumamnya
dalam hati.
***
Hari ini Minggu, pagi yang cerah
menyambut Anifah. Anak seorang guru itu sudah bersolek rapi.
“Anifah, tolong belikan ikan di pasar,
Ibu akan pergi ke tukang jahit.” Pinta ibunya. “Baiklah, Bu. Anifah segera
berangkat.”
Tak lama menunggu, ia segera berangkat
dan kembali membawa beberapa ikan segar. Namun, di tengah-tengah perjalanan
pulang ...
Brak!
Terdengar suara mengejutkan, ia berusaha
mencari tahu asal suara itu. Ternyata seorang wanita pengendara sepeda motor
terjatuh di perempatan. Ia tampak kesulitan untuk berdiri, segera Anifah
berlari memapah wanita itu ke pinggir jalan.
“Ibu tak apa?”, tanya Anifah sopan.
“Engga, gak papa kok dhe, Cuma sedikit
tekilir saja, terimakasih ya.”
Ibu itu pun bangun dan memberdirikan
motornya.
“Disini memang begitu, Bu. Kalau habis
turun hujan selain licin, sampah pun naik ke atas jalan, makanya saya harus
hati-hati.”
Sang ibu memperhatikan wajah Anifah yang
tampak lelah itu. Singkat cerita ternyata wanita itu adalah ibu-ibu yang
dijumpainya kemarin siang ketika tengah membuang sampah di selokan depan
rumahnya.
“Bukannya kamu yang kemarin lewat di
depan rumah saya, Nduk?”
“Iya betul, Bu,” jawab Anifah sopan.
“Jadi ini sampah yang kamu maksud? Yang
berasal dari kampung saya? Saya benar-benar malu pada diri sendiri. Ternyata kamu benar, maafkan ibu kalau
kemarin melukai perasaanmu.”
Sang ibu bicara sambil memijat-mijat
kakinya yang terkilir.
“Benar, Bu. Iya tidak apa-apa. Sudah
menjadi kewajiban kita untuk saling mengingatkan,” jawab Anifah dengan
senyumnya yang manis.
“Kita harus bertindak, hal ini tidak
boleh terus menerus terjadi, kita harus menghimbau warga untuk bekerja bakti
membersihkan kampung.”
Sang ibu begitu bersemangat, kini
pikirannya telah terbuka. Ibu Salmah—nama ibu tersebut bersedia membantu Anifah
mengumpulkan warga di Balai Desa setempat. Dalam hati dia bertanya, kok bertindak sendiri, ya?
“Sudah kamu tenang saja, nanti saya yang
bilang ke Pak Kades tentang masalah ini, kamu tinggal membuat rencana
kegiatannya saja,” tegas Bu Salmah seolah tahu yang dipikirkan Anifah.
“Wah, terimakasih banyak, Bu. saya benar-benar
senang mendengarnya.”
Suara adzan duhur kini telah berkumandang,
Anifah segera memapah Bu Salmah yang masih kesakitan menuju ke masjid yang tak
jauh dari tempat mereka istirahat tadi.
Dengan dukungan dan bantuan dari
kawan-kawandan Ibu Salmah, Anifah mengajak para warga desa untuk bekerja bakti
keesokan harinya. Dia juga memberanikan diri untuk berpidato di hadapan para
warga tentang masalah desanya selama ini. Ia tak lagi menghiraukan apa
penilaian warga terhadap dirinya. Yang ia tau hanyalah, ia ingin menggerakkan
hati masyarakat akan pentingnya keadaan lingkungan demi kenyamanan bersama.
***
Pagi itu suasana nampak berbeda dari
biasanya.
Penduduk desa Parakan berbondong-bondong
ke jalan-jalan desa. Mereka bergotong royong dengan tanggungjawabnya
masing-masing. Anifah sendiri menanam tanaman tahunan di pinggir jalan,
sementara warga lain ada yang membersihkan selokan, memotong rumput, menanam
pohon, atau sekedar menyiapkan makan untuk para warga yang tengah bekerja
tersebut.
Kini impian Anifah untuk membuat desanya
kembali asri, bersih, dan sehat perlahan terwujud berkat kegigihannya dan
dukungan para warga.
***
Gadis berparas manis itu pun mendapat
penghargaan dari Kepala Desa dan sekolah tempatnya menuntut ilmu. Memang
pantaslah ia mendapatkan itu semua atas
apa yang ia lakukan selama ini. Sebuah kebanggaan, kehormatan, dan pengabdian
luar biasa bagi gadis berusia 15 tahun ini. Kini ia bisa mewujudkan
keinginannya dan sahabat-sahabat di desanya, yakni menjadi pemudi agen
perubahan bagi desanya. Selesai.
Jumat, 03 Juli 2015
Cerpen Juara 1
Kali ini saya akan posting satu cerpen hasil lomba JRB (JEC Ramadhan Berbagi) yang pernah dibahas sebelumnya. Cerpen ini mendapatkan reward : Rp. 500.000
Kamis, 02 Juli 2015
Hasil Lomba Cerpen
Koleksi Pengurus |
Masih ingat dengan seleksi cerpen yang diadakan beberapa hari lalu? Sudah ada pengumumannya lho. Mau tahu? Tunggu sebentar, saya terima telepon dulu ya ...
Setelah bersaing di panti asuhan sendiri akhirnya dikirim 3 cerpen terbaik dari hasil seleksi saya. Pada tanggal 23 berkas-berkas diambil pihak panitia ke panti asuhan. Kami berdo'a bersama untuk dapat menerima apapun keputusan juri nantinya.
Setengah bulan menunggu, tibalah saatnya buka bersama di Hall Bima JEC--Jogja Expo Center. Entah kenapa begitu menginjakkan kaki ke dalam ruangan, tiba-tiba saya menitikkan airmata. Saya teringat 3 cerpen yang dilombakan, bagaimana nasibnya? Duh, pokoknya semacam feeling ibu kalau anaknya kenapa-kenapa.
Acara demi acara kami nikmati dengan hidmat. Sampai juga pada acara pengumuman.
Subhanalloh, Juara 1 diraih Istiqomah dengan cerpennya yang berjudul, 'Manusia Kaleng Kerupuk' dan juara kedua Anis Rinanda, dengan cerpen 'Agen Perubahan Desa'
Selamat, ya ...
Minggu, 28 Juni 2015
Buka Bersama (2)
Bersama Mahasiswa Geofisika UPN
Beberapa motor besar parkir di dekat tempat tinggal kami. Selanjutnya ada motor lebih kecil, juga mobil. Terlihat beberapa wajah yang ceria berkumpul di dekat parkiran belakang dari panti ini. Beberapa orang mengambil tumpukan nasi kotak, dan membawanya ke aula.
Beberapa motor besar parkir di dekat tempat tinggal kami. Selanjutnya ada motor lebih kecil, juga mobil. Terlihat beberapa wajah yang ceria berkumpul di dekat parkiran belakang dari panti ini. Beberapa orang mengambil tumpukan nasi kotak, dan membawanya ke aula.
Rabu, 24 Juni 2015
Branding Name (2)
Dua hari
sudah ayesa mengurus usahanya sendiri, menambah
pernak-pernik ini-itu pada tas cantiknya.
“Yes, di Batam ada juga lho tas-tas yang
kayak AYERIS CRAFT. Lebih bagus, maju, terkenal juga, padahal brand itu masih
baru. Namanya ALRIS CRAFT ” ucap Nita—teman Ayesa yang direkrut untuk
membantunya.
“Di Batam? Kayak punya kita? Kok bisa? ”
Batam adalah tempat tujuan Risa
berjualan. Dan kemarin Alan—sebagai ketua Rohis izin mengadakan pertemuan
dengan keluarganya di batam. Apa maksudnya? Ayesa bergegas menuju gudang
penyimpanan,hendak mengecek tas-tas plastiknya,dan mengambil notebook pentingnya yang ia sembunyikan
di laci lemari sudut gudang.
“Astaghfirullahaladzim.”
Ayesa menutup mulutnya, ia benar-benar
bingung. Apa Risa mengambil notebook
penting berisi cara-cara pembuatan tas dan mengambil sebagian tas-tas plastik
yang di gudang.
“Nit, kamu tahu siapa yang terakhir
masuk gudang? ”
Nita tetap serius menatap layar
monitornya, tanpa menghiraukan pertanyaan Ayesa.
“Risa dibatam ya ,Yes? ” tanya Nita pada
Ayesa tanpa beralih dari monitor yang penuh gambar-gambar tas plastik hasil
buatan Ayesa.
Ayesa mendekat. Dia menatap wajah Nita.
Lekat.
“Betul.”
“Ini buatanmu, kan?”
Keduanya melihat tas-tas yang persis
dengan buatan Ayesa. Ayesa mengenalinya dengan baik.
“Akan kutanyakan pada Risa. Kita tidak
bisa menuduhnya begitu saja.”
Nita mengiyakan. Ayesa menekan kontak
Risa. Risa mengakui akan kecurangannya. Perlahan, dia menatap ke luar jendela. Rasa
sakit begitu kuat menohok hatinya. Tapi, mungkin akan lebih baik berusaha
memaafkan. Bagaimana pun caranya. Selesai.
Cerita sebelumnya bisa baca di sini
Buka Bersama (1)
Balon-Balon Ceria di Acara Buka Bersama dengan Pizza Hut
Sore ini, Rabu 24 Juni 2015 ada jadwal buka bersama
dengan Pizza Hut Malioboro Mall. Biasanya setiap tahun, Pizza Hut memang
melakukan acara tersebut; rutin. Matahari masih bersinar, walau hangatnya tak
mampu mengalahkan hawa dingin-panas-dingin. Sejak setengah bulan cuaca memberi
pelukan dingin pada kami di Panti Asuhan Yatim Putri Khoirun Nisa’.
Jam 16. 30 sebuah mobil katering sudah parkir di depan
masjid panti. Beberapa anak masih bersiap, lainnya sudah ada yang naik. Kebetulan
acara ada di aula—lantai atas. Suami saya masih membelikan Maisan—anak pertama
saya obat penurun panas dan pengurang rasa nyeri. Dari siang dia mengeluh
giginya sakit.
Saya berniat ikut agar dapat menjepret beberapa gambar
dan merekam kegiatan itu. Sebelumnya Byan—anak kedua saya sudah merengek minta
nonton kartun di laptop. Tapi ajakan saya mampu mengalihkan keinginannya, “Ke
atas yuk, Dik?” apalagi melihat kakaknya juga bangkit dar duduk serta langsung
menuju keluar-naik tangga-ikut gabung.
Sebelum naik tangga, saya sudah mendengar suara khas
balon bila bergesekan dengan tangan, atau balon yang sudah ditiup dengan balon
lain. Saya ingat, satu tahun sebelumnya juga ada acara membentuk binatang atau
boneka dari balon panjang yang sudah ditiup.
Begitu sampai di aula, saya melihat anak-anak begitu
ceria menekuk, memelintir, hingga jadilah bentuk yang diinginkan. Balon-balon
itu juga berwarna warni. Maisan dan Byan langsung ikut ambil bagian—mengambil beberapa
balon dari tangan anak panti asuhan.
Sekitar lima belas menit sebelum adzan Maghrib, acara
dimulai. Hari ini yang menjadi MC adalah Safina—dari NTT. Dia memakai baju dan
kerudung hijau. Dari pintu depan (ada dua pintu yang dapat dimasuki di aula)
ada Ibu Titik Yudhawati beserta dua teman yang baru masuk. Bu Titik—demikian kami biasa memanggil,
memakai kerudung warna putih. Beliau rawuh dengan senyum khasnya. Bu Titik ini
yang menjadi Ibunda dari anak panti dan juga pengasuh pantinya.
Setelah membaca basmalah, Bu Titik memberi sambutan dari
pihak tuan rumah, dan seorang bapak dari pihak Pizza Hut. Menurut pihak Pizza
Hut, ada beberapa program berbagi yang dijalankan, yaitu : Bantuan bencana,
pengobatan gratis serta berbagi di bulan suci. Yang diadakan di panti adalah
yang nomor tiga.
Acara berlangsung hidmat. Saat sedang berlangsung do’a,
beberapa bapak dari katering menyuguhkan teh manis hangat. Usai pembacaan do’a
adzan Maghrib berkumandang. Alhamdulillah akhirnya waktu yang ditunggu datang
juga.
Minggu, 21 Juni 2015
Branding Name (1)
Hello Teman-teman ...
Ada beberapa anak yang sedang belajar menulis cerpen di PAY Khoirun Nisa'. Satu di antaranya bernama Anggi Marlinda asal Banjarnegara. Dia menulis tentang usaha seorang bernama Ayesa yang mendaur ulang plastik menjadi tas-tas cantik.
Kita dukung mereka ya ...
Yuk dibaca. Tapi, maaf. Saya postingnya dua kali. Sekarang posting yang pertama dulu. Terima kasih
...
Berita Pagi
Hari ini, Senin, 22 Juni 2015, saya baru menyerahkan berkas-berkas untuk panitia JEC--Jogja Expo Center yang berisi surat kesanggupan kehadiran buka bersama, pegantar, dan tiga naskah cerpen. Sudah lega.Seperti ada ikatan lepas yang sebelumnya menyesakkan dada. Semoga ada berita baik dari cerpen-cerpen yang diikutkan lomba.
Sementara lima anak lain; Novi, Amel, Nita, Ida, dan Izzah sedang sibuk menyiapkan sepeda hadiah dari Sedekah Rombongan, mengelap, memompa, atau hanya sekedar mengecek rem dan pedal. Mereka akan mendaftar di Cipta Bhakti Husada sebagai karyasiswa.Dua tahun sebelumnya sudah ada dua anak yang lulus dari lembaga yang sama. Kedua anak itu sudah bekerja di Apotek--di Bekasi.
Beberapa anak yang baru lulus SMP belum mendaftar ke sekolah mana pun. Mereka sedang menunggu, ke sekolah mana akan menuju.
Apa dan bagaimanapun aktifitasnya. Semoga Allah menyertai tiap langkah kita, meluruskan bila kita mulai membelok. Semangat!
Hasil Seleksi Cerpen
Seleksi yang saya lakukan untuk cerpen di PAY Khoirun Nisa' sudah selesai. Ketiga cerpen ini akan segera dicetak dan diambil besok, Senin, 22 Juni 2015 oleh panitia. Ada tiga nama yang saya ambil. Mereka adalah ...
1. Anis Rinanda dengan judul cerpen Agen Perubahan Desa.
2. Indah Dwi Rahmawati dengan judul cerpen : Adikku;Cahya.
3. Istiqomah dengan judul cerpen : Manusia Kaleng Kerupuk.
Bagi tiga naskah lain yang belum masuk bisa diedit. Kalau sudah selesai bisa diposting di blog. Tetap semangat, ya ...
Masih banyak kesempatan, terus belajar, dan belajar. Sukses untuk kita semua.
TTD
Khulatul Mubarokah--Pecinta dunia literasi
1. Anis Rinanda dengan judul cerpen Agen Perubahan Desa.
2. Indah Dwi Rahmawati dengan judul cerpen : Adikku;Cahya.
3. Istiqomah dengan judul cerpen : Manusia Kaleng Kerupuk.
Bagi tiga naskah lain yang belum masuk bisa diedit. Kalau sudah selesai bisa diposting di blog. Tetap semangat, ya ...
Masih banyak kesempatan, terus belajar, dan belajar. Sukses untuk kita semua.
TTD
Khulatul Mubarokah--Pecinta dunia literasi
Nilai Matematika
Namanya Anis Rinanda. Dia berasal dari Banjarnegara; anak baru datang di pantiasuhan ini. Menurut data yang ada, dia termasuk dhu'afa (kurang mampu). Anaknya ceria, kedua netranya bulat; bercahaya. Agaknya saya sedikit berlebihan, tapi inilah kenyataan.
Dia memiliki nilai UN untuk mata pelajaran Matematika 100.
Saat ini dia juga sedang ikut seleksi untuk lomba cerpen besok di JEC (02-Juli-2015). Menurut saya, dia anak yang multi talenta. Diberi sedikit arahan langsung ON. Subhanallah.
Semoga sukses selalu ya ...
Tak lupa do'a yang sama untuk teman-teman yang lain. Saya yakin, kalian semua memiliki keunikan masing-masing, hanya saja, dunia belum melihatnya.
Langganan:
Postingan (Atom)